Disrupted Brand

Yang saya sebut “disrupted brand” adalah brand-brand (umumnya incumbent brand) yang telah menjadi korban disrupsi oleh brand-brand lain (umumnya new, digital brand) sehingga value proposition dari brand tersebut tidak relevan lagi atau kalah ampuh dibanding brand yang mendisrupsinya. Nokia adalah disrupted brand yang didisrupsi oleh pemain seperti Apple dan Samsung. Blue Bird adalah disrupted brand … Baca Selengkapnya

“Nothing to Lose”

Gara-gara Indonesia Brand Forum (IBF) saya beruntung bisa ketemu dan ngobrol panjang dengan Bu Irawati Setiady, Presiden Direktur Kalbe. Terus terang, ia adalah salah satu pemimpin bisnis yang saya kagumi karena sukses mentransformasi Kalbe. Ceritanya, untuk gelaran seminar branding tahunan tersebut saya harus melakukan riset untuk penulisan buku berjudul The Second Generation Challenges (Gramedia, 2016) … Baca Selengkapnya

Value-Based Pricing Ala Java Jazz

Minggu pertama bulan Maret setiap tahun, di rubrik ini saya selalu membahas mengenai Java Jazz. Pertama karena di akhir pekan minggu pertama bulan Maret bisa dipastikan perhatian kita semua tertuju pada event akbar kelas dunia ini. Di samping itu, bisa dipastikan tiga hari full dari siang hingga dini hari saya ada di situ sehingga begitu … Baca Selengkapnya

Brand Kena Bully

Hari gini, kian banyak brand kena bully. Di era media sosial dimana netizen bisa demikian bebas ngomong, beropini, dan mengeluarkan unek-unek melalui blog, Twitter, Facebook, YouTube, atau Instagram, makin banyak brand yang menjadi korban online bullying. Ada tiga senjata ampuh yang digunakan oleh para netizen untuk mem-bully sebuah brand, yaitu: #hastag, petisi online, dan meme. … Baca Selengkapnya

Brand Bernama KPK

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) adalah sebuah brand. Ingat, brand tak selalu harus produk. Brand tak hanya Starbuck atau Coca Cola. Brand juga bisa perusahaan (Apple atau Google adalah brand). Brand bisa orang (Justin Bieber atau Lady Gaga adalah brand). Brand bisa kota atau negara (Yogya atau Singapura adalah brand). Dan jangan lupa, lembaga pemerintah seperti … Baca Selengkapnya

Menteri Marketer

Di tengah hot-nya bursa calon menteri dalam kabinet baru, minggu ini Jokowi mengeluarkan pernyataan menarik, yaitu menteri nantinya haruslah jago marketing. Tujuannya, agar bisa memperkenalkan produk-produk Indonesia di luar negeri. “Contohnya, produk industri kreatif, apa yang kita nggak punya? seni pertunjukan tari, musik, video, film punya semuanya. Game, animasi, produk industri kreatif yang ada di … Baca Selengkapnya

MemberiID #GoesToNusantara

Hingga saat ini #KelasInspirasi, #KelasPengetahuan, dan #KelasKeterampilan Komunitas Memberi (@memberiID) terbatas hanya dilaksanakan di Jakarta. Ya, sebabnya karena sumber daya yang masih terbatas, baik dari sisi pengajar, personil, maupun fasilitas pendukung. Namun, permintaan kelas dari seluruh penjuru Tanah Air mengalir deras. Mereka juga pengin kelas-kelas tersebut diadakan di luar Jakarta.

Saya pikir bener juga. Mosok #UKMgoGlobal hanya monopoli Jakarta. Boleh juga donk pelaku UKM dari berbagai kota lain meng-upgrade kapasitasnya agar mampu building brand berkelas dunia. Justru UKM-UKM dari kota-kota dengan SDM kreatif seperti Bandung, Yogya, atau Malang yang harusnya ditempa kemampuan branding-nya.

Baca Selengkapnya

Halo Warung Padang, Halo Warteg

Jumat lalu (9/9) sehabis memberikan seminar di kantor Pertamina Pelumas, Oil Center, Jl. Thamrin, saya bersama teman-teman peserta makan siang di rumah makan (RM) Padang Sari Ratu di Plaza Indonesia yang terletak di seberang jalan. Di sela-sela rendang, sambal ijo, pete goreng, dan tentu nasi pulen yang membabi-buta menyerbu mulut saya, kami ngobrol seru mengenai RM Sari Ratu. Obrolan santai yang awalnya berpusar pada urusan rendang, kepala kakap dan ayam pop, kemudian menjelajah hingga ke urusan branding.

Ya, RM Sari Ratu ini unik secara branding, karena jaringan (chain) warung Padang ini fokus memosisikan brand-nya di atas. Bahkan warungnya hadir di mal-mal kelas atas seperti Plaza Indonesia atau Mal Pondok Indah. Karena menyasar kelas atas maka makanan dijamin bersih, menu komplit, dan pasti enak tak seperti rumah Padang pinggir jalan, tentu dengan harga yang di atas rata-rata. Menariknya, warung ini ramai minta ampun (yes, inilah fenomena konsumen kelas menengah Indonesia – “Consumer 3000”).

Baca Selengkapnya

Brand Religion dan Logo Baru Starbucks

Dua hari lalu seorang teman di Twitter memberikan link sebuah berita mengejutkan: “Starbucks unveils new logo…” Awalnya agak ragu mempercayai twit tersebut, mengingat logo Starbucks sudah menjadi ikon gaya hidup Amerika sejajar dengan logo Coca Cola, Nike, atau McDonalds, yang rasanya sulit diubah. Namun begitu diklik, betul adanya, logo Starbuck sudah berubah. Di situ terpampang gambar 4 kali perubahan  logo Starbucks selama 40 tahun perjalanan bisnisnya, mulai dari logo tahun 1971, 1987, 1992, dan terakhir 2011. Logo baru ini rencananya sudah nempel di cangkir-cangkir Starbucks bulan Maret mendatang bersamaan dengan persis 40 tahun usia kedai kopi ini.

Logo baru Starbucks memang tak banyak berubah. Hanya garis lingkaran luar dan dalam berikut tulisan “Starbucks” dan “Coffee” dihilangkan, sehingga yang tersisa hanyalah Siren alias putri duyung dengan rambut yang menjuntai dan ekor di kanan-kiri. Warna hijau, tetap dipertahankan. Walaupun selintas tak berubah banyak, namun saya termasuk orang yang kecewa dengan perubahan logo tersebut. Kenapa? Karena garis lingkaran dan tulisan “Starbucks’ dan “Coffee” merupakan elemen dasar dari logo Starbuks yang iconic tersebut.  Saya melihat, dengan logo baru, Starbucks seperti kehilangan “roh”nya. “Kopi” adalah rohnya Starbuck.

Baca Selengkapnya