Grup WA

Hidup saya praktis sudah tertawan oleh grup WA (WhatsApp). Bagaimana tidak, waktu Subuh saat ayam berkokok, lima notifikasi WA sudah kedip-kedip minta dihampiri. Pagi saat di kantor di sela-sela meeting, tangan selalu menggerayangi HP sibuk pencet sana-sini untuk melayani obrolan teman grup. Siang dan sore hari saat ketemu klien tetap saja tangan sesekali curi-curi geser-geser … Baca Selengkapnya

#C3000 dan Value Innovation

Kamis, 11 Juni lalu Middle Class Institute (MCI) sebuah lembaga think tank yang dibentuk oleh Inventure bersama majalah SWA menggelar Indonesia Middle Class Forum (MCF) untuk keempat kalinya. Temanya tahun ini adalah: “Value Innovator: How Smart Brands Win the Middle Class Consumers”. Kajian MCI menyimpulkan bahwa fenomena revolusi konsumen kelas menengah (saya sering menyebutnya “Consumer … Baca Selengkapnya

My Brand New Book: “8 Wajah Kelas Menengah”

Alhamdulillah, buku baru saya terbit lagi. Buku berjudul: 8 Wajah Kelas Menengah (Gramedia Pustaka Utama, 2015) ditulis bersama Kemal E. Gani (Pemimpin Umum Majalah SWA) dan tim riset dari majalah SWA dan Inventure. Buku ini rencananya diluncurkan pada gelaran Indonesia Middle Class Forum (MCF) 2015 bertema “Value Innovator” pada tanggal 11 Juni 2015, di Hotel … Baca Selengkapnya

Value Innovator

Saya melihat konsumen kelas menengah Indonesia (saya sebut “Consumer 3000”) memiliki tiga karakteristik penting. Pertama, mereka memiliki daya beli lumayan tinggi (high resources). Kedua, mereka pintar (more knowledgeable) dan berwawasan luas karena begitu mudahnya mengakses informasi. Dan ketiga, secara sosial mereka terhubung satu sama lain (socially-connected). Dari tiga ciri tersebut, aspek knowledgeability memiliki pengaruh paling … Baca Selengkapnya

Jomblo Lifestyle

Jomblo di masa lalu adalah sebuah aib memalukan. Namun sekarang, ia menjadi sebuah simbol sosial yang keren, cool, awasome. Saya nggak tahu kenapa bisa demikian. Mungkin ini yang disebut jaman edan. Semua serba kebolak-balik. Ketika sebuah bangsa makin maju. Ketika masyarakatnya makin makmur. Dan ketika pola kehidupannya kian industrial-urban, maka kecenderungan mereka untuk tidak menikah … Baca Selengkapnya

Middle-Class Moslem

Bulan-bulan ini saya bareng tim di Inventure sedang sibuk-sibuknya menyiapkan sebuah research project mengenai perilaku konsumen kelas menengah muslim (middle-class moslem) di Indonesia. Very challenging! Kenapa? Karena, tak cuma potensinya yang luar biasa besar, tapi juga dinamika perubahannya beberapa tahun terakhir mencengangkan.

Bahkan saya berani mengatakan selama 5 tahu terakhir pasar middle-class moslem di Indonesia telah mengalami revolusi karena adanya pergeseran perilaku yang sangat mendasar. Tak heran jika kemudian pasarnya menggeliat dan marketer langsung pasang kuda-kuda untuk meraupnya. Berikut ini adalah catatan saya mengenai fenomena menggeliatnya pasar middle-class moslem  di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jebakan Medioker

Inilah yang banyak terjadi. Anda ingin hebat di semua hal. Kualitas nomor satu, harga paling murah, servis bintang lima, pelayanan super cepat, bla.. bla.. bla!!!

Kalau betul Anda bisa semuanya maka yang terjadi kira-kira begini: kualitas Anda nomor 3; harga nggak murah-murah amat; servis so so… bagus nggak, jelek juga nggak; dan dari sisi kecepatan yang pasti layanan Anda bukan yang nomor satu.

Ujung-ujungnya produk Anda akan terjebak menjadi medioker alias produk rata-rata. Hebat nggak, tapi jelek juga nggak. Pasti Anda tak akan menjadi “The Great”, tapi juga bukan “The Bad”. Anda cukup puas dengan hanya menjadi “The Good”…  “The Mediocre”.

Baca Selengkapnya

Social Proof

Saat saya liburan bareng istri dan anak-anak ke luar kota, ada kiat jitu yang kami pakai untuk memilih tempat makan yang tidak kami ketahui apakah sajiannya enak atau nggak. Biasanya kami muter-muter, kami telusuri satu-persatu warung atau restauran yang ada di kota itu, lalu kami cari mana dari warung atau restoran itu yang dikerumuni pengunjung. Kiat jitu itu adalah, memilih warung atau restoran mana yang paling ramai. Makin ramai, makin kami pilih.

Dari pengalaman kami, memang kiat itu terbukti jitu. Dari kasus-kasus yang kami alami, memang terbukti sebagian besar memang sajiannya enak. Tapi, pertanyaannya, apakah warung yang dikunjungi banyak orang itu pasti enak? Tentu tidak!

Baca Selengkapnya

Manekin Keluarga

Manekin umumnya ada di mal atau department store. Tapi kini mulai banyak saya temui di rumah-rumah di seluruh penjuru Tanah Air. Coba saja lihat tipikal suasana keluarga kelas menengah Jakarta di Sabtu pagi yang cerah. Di ruang keluarga, di situ tercermin kedekatan sebuah keluarga muda yang begitu indah. Di ruangan itu ada si bapak, si ibu, dan si anak yang usianya belum genap tujuh tahun. Mereka sama-sama di depan TV ruang keluarga, duduk di satu sofa yang sama, wajahnya berseri-seri penuh kebahagiaan. Melihat kedekatan mereka terlintas potret sebuah keluarga yang ideal.

Tapi tunggu dulu. Di balik kedekatan tersebut sesungguhnya ada satu hal yang nggak beres. Coba kita lihat apa yang mereka masing-masing lakukan. Si bapak duduk di sofa sibuk dengan laptopnya mengutak-atik presentasi Powerpoint yang hari Seninnya harus dipresentasikan ke bos di kantor. Di samping mengerjakan presentasinya, tentu saja ia tetap multifungsi, dengan begitu lincah membagi perhatianya pada akun Twitter, Youtube, dan layar televisi yang ada persis di depannya.

Baca Selengkapnya

Cashless Society dan Konsumtivisme

Minggu ini saya masih akan membahas hasil survei Center for Middle-Class Consumer Studies (CMCS, lembaga think-tank yang saya bentuk) mengenai perilaku nasabah bank kelas menengah di Indonesia. Biangnya, karena ada satu temuan survei tersebut yang membuat saya galau. Salah satu temuan menarik dari survei bertajuk Indonesia Middle Class Banking Consumer Report 2014: “Getting Cashless and Mobile” tersebut adalah kenyataan bahwa nasabah kelas menengah kita kian siap meyongsong era cashless society.

Survei tersebut menunjukkan, sudah cukup banyak nasabah kelas menengah kita yang menggunakan transaksi non-tunai (cashless) dengan memanfaatkan layanan transaksi elektronik seperti ATM, kartu debit, kartu kredit, internet banking, mobile banking, dan e-money. Setelah lebih dari 10 tahun terakhir struggling “belajar” menggunakan berbagai layanan transaksi elektronik tersebut, kini mereka mulai merasa convenient dan biasa. Karena itu saya memperkirakan cashless society di kalangan kelas menengah kita kian menemukan critical mass-nya.

Baca Selengkapnya