:)

: ) Adalah dua karakter huruf, yang paling sering saya tulis di Twitter. Setiap kali saya ucapkan terima kasih kepada follower, saya selalu tulis tx:). “tx” adalah bahasa Twitter saya untuk “thanks”. Setiap kali hari Jumat ada teman yang merekomendasikan saya untuk di-follow,  yup “folllow Friday” (#FF), saya selalu balas dengan tx:) atau cukup : ). Setiap kali ada teman yang me-mention saya dan memberikan konten yang menarik (quotes dari tokoh-tokoh hebat, tips, kultwit, dll.) saya selalu membalasnya dengan : ). Bahkan di setiap twit yang saya tulis sejauh mungkin saya menyematkan : ) di akhir twit.

Barangkali kebanyakan tweeps menganggap remeh : ). Gampang saja, tinggal pencet : dan ), maka follower tahunya Anda sedang berbunga-bunga bertabur senyum. Bahkan ketika sesungguhnya Anda sedang bermuram durja, marah, benci, nggak rela, iri-dengki, dengan gampang Anda bisa bersembunyi di balik dua karakter huruf itu. Dengan : ) Anda bisa obral senyum di Twitter, walaupun sesungguhnya senyum itu palsu dan kosmetik. Nggak masalah, toh siapapun di Twitter tak ada yang tahu.

LPH: Love, Peace, Happiness
Saya tidak!!! Saya sangat serius dengan : ). Bagi saya : ) punya makna yang teramat dalam. Bagi saya : ) adalah simbol dari: love, peace, dan hapiness; sebut saja LPH. Ia merupakan ungkapan keikhlasan menyebarkan rasa cinta-kasih, spirit kedamaian dan ketulusan, dan aura kebahagiaan yang rahmat. Ketika saya menyematkan : ) dalam twit-twit saya, maka saya percaya twit tersebut punya “roh” karena dilandasi oleh spirit LPH.

Baca Selengkapnya

Twitter, Love & Happiness

Tulisan ini merupakan tulisan penutup dari keseluruhan 10 minggu saya menulis seri tulisan Twitter Marketing Is LOVE Marketing. Komplit sudah saya menulis pengantar dan 8 prinsip bagaimana menebar cinta di jagad Twitter. Tesis utama saya adalah, jika kita mempraktekkan ke-8 prinsip Twitter marketing tersebut, maka kita akan mampu menciptakan emotional connection yang sangat dalam dengan stakeholders kita di Twitter (followers, consumers, influencers, partners, communities, dll.) yang membuat mereka tak hanya membeli merek kita, tapi juga loyal, dan menjadi pembela yang tulus (authentic evangelist) bagi merek di kala senang maupun susah.

Dengan adanya emotional connection ini, maka hubungan antara merek dan konsumen bukanlah semata hubungan transaksional (jual-beli) tetapi sebuah hubungan cinta (love relationship) yang pekat diwarnai saling pengertian, saling percaya, saling memberi dan berbagi, dan saling mengasihi. Di era media sosial, kesemuanya ini merupakan ekuitas paling berharga bagi sebuah merek, tak hanya sebatas merek Anda diketahui (brand awareness) atau memiliki citra (brand image) positif di mata konsumen. Media sosial seperti Twitter memberi peluang luar biasa bagi merek untuk membangun love relationship yang sangat dalam, otentik, dan abadi. Wow… alangkah indahnya.

Love and Happiness
Dengan prinsip-prinsip cinta saya punya mimpi lebih jauh lagi untuk membahwa kebahagian kepada setiap insan di Twitterland. Ya karena saya percaya cinta adalah “akar” dari kebahagian. “Love leads to happiness!!!” Ketika hubungan kita Twitterland dilandasi prinsip-prinsip saling memberi (giving) tidak selfish; mau saling mendengarkan (listening); intensif ngobrol dan bercurhat-curhatan (conversation); tulus berbagi (sharing) dengan sesama; atau selalu peduli (caring) kepada orang lain tak hanya dirinya sendiri; maka kita akan mendapatkan berkah kebahagiaan luar biasa.

Baca Selengkapnya

Love Is Caring

Ini adalah minggu keenam saya menulis seri tulisan Twitter Marketing Is LOVE Marketing, sebuah konsep mengenai pemasaran melalui Twitter. Melalui konsep ini saya ingin mangatakan bahwa strategi pemasaran Anda di Twitter akan sukses kalau Anda terus MENEBAR CINTA kepada konsumen di Twitter. Seperti telah saya uraikan sebelumnya, konsep ini mengandung 8 prinsip cinta yaitu: memberi (giving), ngobrol (conversation), mendengar (listening), berbagi (sharing), peduli (caring), empati (empathy), kepercayaan (trust), pertemanan (friendship). Hari ini giliran saya mengulas prinsip yang kelima yaitu: “Love Is Caring”.

Hakikat cinta adalah peduli, caring. Ketika Anda tidak care kepada istri-suami, pacar, anak, kerabat, atau siapapun yang Anda cintai, maka sesungguhnya Anda tidak mencintai mereka. Begitupun jika Anda tidak care dengan followers dan konsumen Anda di Twitter maka sesungguhnya Anda tidak mencintai mereka.

Banyak kalangan yang mengatakan Twitter marketing dikatakan sukses jika kita punya puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan followers. Saya bilang salah besar. Tak ada gunanya kita punya ratusan ribu followers jika kita tak tahu siapa mereka, kita tak pernah curhat-curhatan dengan mereka, dan kita tak pernah mendengarkan mereka. Tak ada gunanya kita punya jutaan followers jika tak pernah sedikitpun kita care kepada mereka, dan tak pernah kita melayani mereka.

Baca Selengkapnya

Love Is Sharing

Twitter: @yuswohady

Ini adalah minggu kelima saya menulis seri tulisan Twitter Marketing Is LOVE Marketing, sebuah konsep mengenai pemasaran melalui Twitter. Melalui konsep ini saya ingin mangatakan bahwa strategi pemasaran Anda di Twitter akan sukses kalau Anda terus menebar cinta kepada konsumen di Twitter. Seperti telah saya uraikan sebelumnya, konsep ini mengandung 8 prinsip cinta yaitu: memberi (giving), ngobrol (conversation), mendengar (listening), berbagi (sharing), peduli (caring), empati (empathy), kepercayaan (trust), pertemanan (friendship). Hari ini giliran saya mengulas prinsip yang keempat yaitu: “Love Is Sharing”.

Ketika kita punya sesuatu, dan sesuatu itu kita kangkangi, kita monopoli, dan tak sudi berbagi, maka itu sesungguhnya adalah puncak dari keegoisan kita. Cinta tak pernah egois. Cinta tak pernah mementingkan diri sendiri. Cinta yang tulus selalu fokus pada siapapun yang kita cintai: apakah pacar, istri/suami, anak-anak kita, juga tentu Tuhan. Cinta adalah memberi. Cinta adalah berbagi. Mother Teresa menjadi ikon cinta-kasih, karena ia mendedikasikan dirinya untuk orang lain. Mother Teresa menebar cinta dengan “membagikan” hidupnya untuk kaum papa.

Baca Selengkapnya

Love Is Conversation

Ini adalah minggu ketiga saya menulis seri tulisan Twitter Marketing Is LOVE Marketing, sebuah konsep mengenai pemasaran melalui Twitter. Seperti telah saya uraikan sebelumnya, konsep ini mengandung 8 prinsip cinta yaitu: memberi (giving), ngobrol (conversation), mendengar (listening), berbagi (sharing), peduli (caring), empati (empathy), kepercayaan (trust), pertemanan (friendship). Hari ini giliran saya mengulas prinsip yang kedua yaitu: “Love Is Conversation”.

Twitter bukanlah medium untuk mem-broadcast pesan seperti halnya TV atau Radio. Twitter adalah mediun untuk ngobrol (conversation). Namanya ngobrol, maka arah komunikasinya dua arah. Itu kalau dua orang, kalau ngobrolnya dengan banyak orang di dalam komunitas maka komunikasinya nggak hanya dua arah, tapi “ke segala arah”. Inilah perbedaan mendasar antara broadcasting dengan conversation.

Love Without Conversation Is Impossible
Saya mengatakan “Love Is Conversation” karena tak mungkin cinta terbentuk tanpa adanya conversation yang intens, dua arah, dan diliputi saling pengertian. Bagaimana mungkin kita nggak pernah ngobrol bisa saling cinta. “Love without conversation is impossible,” ujar Mortimer Adler, filosof kenamaan Amerika.

Baca Selengkapnya

Love Is Giving

Law #1 | Twitter Marketing Is LOVE Marketing

Mulai minggu ini, secara berseri saya akan menguraikan satu-persatu 8 prinsip dari konsep pemasaran di Twitter yang saya perkenalkan minggu lalu yaitu “Twitter Marketing Is Love Marketing”. Seperti saya uraikan minggu lalu konsep Twitter Marketing ini mengandung 8 prinsip cinta yaitu: memberi (giving), curhat (conversation), mendengar (listening), berbagi (sharing), peduli (caring), empati (empathy), kepercayaan (trust), pertemanan (friendship).

Intinya, saya ingin mengatakan bahwa jika Anda menjalankan 8 prinsip cinta tersebut kepada customers (dan stakeholders) Anda di Twitter, maka dengan sendirinya Anda akan membangun emotional connection dengan mereka. Dan ketika emotional connection itu dipupuk — sehari-dua hari, sebulan-dua bulan, setahun-dua tahun, atau bahkan puluhan tahun — maka mereka tak hanya membeli produk Anda, tapi juga loyal, dan bahkan menjadi advocator/evangelist produk Anda.

Hari ini saya akan mulai membahas prinsip yang pertama: “Love Is Giving”.

Reason for Being
Giving saya tempatkan sebagai prinsip pertama dari konsep ini karena ini merupakan “sumber hidup” keberadaan kita di Twitter. Setiap twit kita haruslah dilandasi oleh spirit untuk memberi.

“Giving is your REASON FOR BEING”
“Giving is your FUNDAMENTAL purpose”
“Giving is the HEART of Tweeting”

Baca Selengkapnya