Family Life in the Pandemic Era

Sebentar lagi kita akan memasuki era next normal, era dimana vaksin telah diproduksi. Walaupun vaksin awal tahun tahun depan telah diprediksi bukan berarti semuanya beres. Kita masih tetap diliputi ketakutan baik karena krisis kesehatan maupun krisis ekonomi.  Beberapa hari terakhir beberapa menteri sudah memberikan sinyal bakal datangnya resesi, yaitu ketika pertumbuhan ekonomi kita anjlok negatif … Baca Selengkapnya

Jomblo Lifestyle

Jomblo di masa lalu adalah sebuah aib memalukan. Namun sekarang, ia menjadi sebuah simbol sosial yang keren, cool, awasome. Saya nggak tahu kenapa bisa demikian. Mungkin ini yang disebut jaman edan. Semua serba kebolak-balik. Ketika sebuah bangsa makin maju. Ketika masyarakatnya makin makmur. Dan ketika pola kehidupannya kian industrial-urban, maka kecenderungan mereka untuk tidak menikah … Baca Selengkapnya

Imlek

Imlek seperti halnya Lebaran dan Natal adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh para marketer. Ya karena ketika datang Imlek “hawanya” adalah belanja, belanja, dan belanja. Belanja apa saja, dari baju, komputer, hingga mobil, tak hanya terbatas barang-barang yang terkait dengan pernik-pernik Imlek. Karena nafsu besar, maka di hari istimewa itu pun konsumen lebih gampang diyakinkan untuk berbelanja membeli produk Anda

Imlek tahun ini lebih seru karena ber-shio naga air. Naga dipercayai sebagai makhluk tertinggi yang menjadi raja semua hewan di alam semesta. Shio naga air melambangkan kekuatan, kebaikan, keberanian, dan pendirian teguh. Yes! Makin seru Imleknya, makin seru belanjanya.

Baca Selengkapnya

Steve

Steve Jobs meninggalkan kita hari Rabu lalu. Seperti umumnya great leader — Gandhi, Soekarno, Mother Teresa, — ia pergi meninggalkan legacy yang menginspirasi jutaan anak manusia; inspirasi yang kekal sampai ke ujung jaman. Sepak terjang Steve selama 36 tahun membangun bisnis Apple dan mencipta produk-produk hebat (dari Mac hingga iPad) menyisakan pelajaran-pelajaran bisnis dan marketing sangat berharga. Saya mencoba mengumpulkan serpihan-serpihan pelajaran yang saya dapat dari seorang Steve. Berikut ini beberapa di antaranya.

Market-Driving
“Market-focused”, “market-driven”, “market-orientation” adalah jargon yang menjadi pakem pemikiran dunia pemasaran yang selalu dikumandangkan ribuan pakar bisnis di seluruh dunia. Konsepnya indah sekali: Anda harus mengetahui dulu apa kebutuhan dan keinginan konsumen. Lalu dari situ Anda merancang produk yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Steve punya prinsip yang berlawanan dengan pakem itu. Ini ucapan dia yang sangat saya suka: “It’s really hard to design products by focus groups. A lot of times, people don’t know what they want until you show it to them.”

Baca Selengkapnya

Menjual Jazz

Tiga hari 4, 5, 6 Maret ini adalah hari yang paling saya tunggu-tunggu di tahun 2011 ini, karena gelaran Java Jazz datang lagi. Tahun ini sangat istemewa karena maestro gitar dunia Carlos Santana akhirnya berhasil didatangkan di Java Jazz. Hari jumat lalu, jam 3 sore saya sudah di lokasi (padahal pertunjukkan pertama dimulai jam 5) untuk “berburu panggung” maestro jazz kelas dunia. Di hari pertama Java jazz saya dapat Ron King Big Band, Roy Hargrove Quintet, Fourplay, Corinne Bailey Rae, dan tentu saja Santana… puassss. Tulisan inipun saya bikin di sela-sela saya “berburu panggung” di area Java Jazz Kemayoran.
Setelah tujuh kali digelar, kini Java Jazz telah menunjukkan taringnya. Brand-nya kian kokoh dan Java Jazz kini sudah punya customer base yang kokoh tak hanya dari dalam negeri tapi juga mancanegara. Saya kaget mendengar paparan bos besar Java Jazz Festival 2011, Peter Gontha, tiga hari lalu. Dengan optimis sang impresario jazz handal ini mematok target 120 ribu penonton untuk gelaran Java Jazz tahun ini. “Sampai hari ini (Rabu, 2/3), tiket yang terjual sudah hampir 100 ribu lembar,” ujarnya.

Kalau target ini tercapai, maka bisa jadi tak lama lagi Java jazz akan menjadi salah satu event jazz terbesar di dunia. Harap tahu saja, tiga hari penyelenggaraan North Sea Jazz Festival (Belanda) “hanya” dikunjungi oleh 70-an ribu penonton. Monterey Jazz Festival (AS) yang sudah berusia 53 tahun “cuma” dikunjungi 40 ribu penonton untuk 3 hari event. Memang Java Jazz masih kalah dari Montreux Jazz Festival (Swiss) yang mampu menggaet 200 ribu penonton untuk 3 hari event. Montreal International Jazz Festival yang merupakan event jazz terbesar di dunia saat ini mampu mengumpulkan 2,5 juta penonton tapi untuk 10 hari event.

Baca Selengkapnya