Hebohnya Shopee Live dari para influencer/selebritas seperti dr. Richard Lee, Nikita Mirzani, Raffi Ahmad, hingga Ruben Onsu minggu ini menjadi perhatian netizen.
Mulai dari dr. Richard Lee yang meraup 8 Miliar dlm 2,5 jam. Juga Ruben Onsu yang sukses menjual ratusan ribu barang via Shopee Live.
Sukses para selebritas/influencer tersebut memang menciptakan FOMO netizen dan mendongkrak penjualan luar biasa.
Tapi apakah ini FOMO Marketing?
Jawabnya: BUKAN!!!
Kenapa?
“ROH” dari FOMO Marketing adalah prinsip pertama yaitu: AUTHENTICITY.
Artinya, kehebohan, rasa penasaran, word of mouth, dan viralitas yang terjadi memang betul-betul ORGANIK dan OTENTIK bukan hasil rekayasa or “settingan” dari pemilik brand or pemilik platform.
Fondasi FOMO Marketing adalah pendekatan HORIZONTAL (C2C = “Customer to Customer”) yang otentik.
Artinya, dalam kasus Shopee Live, seharusnya yang menghasilkan miliaran rupiah hanya dalam beberapa jam itu pelapak biasa bukan influencer dengan jutaan followers yang disupport habis-habisan oleh pemilik platform.
Kalau yang jualan influencer/selebritas dengan jutaan followers dan dipromo besar-besaran oleh pemilik platform, ya nggak heran jualannya kenceng kayak kacang goreng.
Tapi apakah hal yang sama akan terjadi jika dilakukan pelapak biasa dan tanpa campur tangan pemilik platform?
Harus diakui promosi Shopee Live ini sukses besar, namun promosi semacam ini memiliki risiko “OVER PROMISE UNDER DELIVER”.
Yaitu ketika pelapak biasa berbondong-bondong melakukannya, dan ternyata hasilnya tak seluarbiasa seperti para influencer/selebritas di atas.
Ingat, marketing pada intinya adalah : “PROMISE that DELIVERS.”
Follow ???????????? @yuswohady