NAZAR PEMILU EVANGELISME NETIZEN

Uncategorized

Beberapa hari ini nazar pemilu di kalangan pendukung AMIN viral di medsos.

Nazar pemilu umumnya dilakukan oleh kandidat (vertikal). Tapi ini unik karena dilakukan oleh pemilih (voter’s pledge) yg diungkapkan ke pemilih lain (“horisontal”).

Pertanyaannya, apa impact #nazar pemilu ini ke elektabilitas paslon?

Di dalam marketing/selling ada ungkapan: “Sejuta omongan salesman tak ada artinya dibanding satu omongan konsumen”.

Maksudnya, jualan antar sesama konsumen itu jauh lebih ampuh dibanding jualan salesman ke konsumen.

Itulah yang disebut marketing EVANGELISM, jualan yang dilakukan konsumen ke konsumen lain secara “peers-to-peers” (horisontal) itu dampaknya luar biasa dalam mempengaruhi keputusan membeli konsumen.

Semakin yang jualan konsumen, makin ampuh. Semakin yang jualan salesman, makin mandul.

Prinsip yang sama berlaku pada “jualan politik“ di pemilu.

Kekuatan netizen dalam memengaruhi netizen lain melalui nazar pemilu tersebut sungguh luar biasa.

Apalagi nazar pemilu itu organik tidak di-setting or direkayasa oleh tim paslon.

Yang saya amati, konten nazar pemilu tersebut adalah konten organik (user-generated content, UGC) yang muncul karena harapan n kecintaan para fans kepada paslon.

Tak hanya organik, konten nazar pemilu tersebut umumnya EMOSIONAL: empatik, inspiratif, fun, humor sehingga memicu conversation & engagement.

Contohnya nazar pemilu: “Kalau AMIN menang saya akan kasih beasiswa untuk 5 orang mahasiswa luar Jawa untuk kuliah di Jakarta atau Bandung,” adalah sebuah nazar yang inspiratif sekaligus empatik.

Ingat, cara ampuh meyakinkan netizen adalah dengan pendekatan EMOSIONAL, bukan rasional.

Karena adanya kekuatan FOMO yaitu “SOCIAL PROOF effect”, aksi nazar pemilu ini secara beramai2 diikuti oleh netizen lain, sehingga menghasilkan gelombang viral nazar pemilu.

Jadi singkatnya , kenapa nazar pemilu ini impactful mendongkrak elektabilitas paslon…

Pertama secara kualitas: karena organik, otentik, UGC, kekuatan “peers-to-peers” menciptakan INFLUENCING POWER yang nendang untuk mempengaruhi keputusan memilih.

Kedua secara kuantitatif: karena nazar politik menciptakan FOMO yang men-trigger viral dan WORD of MOUTH yang massif.
by @yuswohady

Bagikan Artikel ini ➙

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *