GURU BESAR TURUN GUNUNG

Uncategorized

Guru besar selama ini dikenal sebagai kelompok yang adem ayem dan ada di pucuk menara gading.

Namun tiba-tiba mereka turun gunung menyuarakan petisi menggugat praktik bernegara yang merusak tatanan hukum dan melanggar prinsip demokrasi.

Petisinya pun gahar seperti disampaikan para guru besar UI berikut:

“Kami kembali terpanggil untuk menabuh genderang, membangkitkan asa dan memulihkan demokrasi negeri yang terkoyak. Negeri ini, tampak kehilangan kemudi akibat kecurangan dalam perebutan kuasa, nihil etika, menggerus keluhuran budaya serta kesejatian bangsa.”

Inilah yang disebut kekuatan moral otentik.

Petisi ini menajdi begitu powerful karena muncul dari adanya “common anxiety” yang dirasakan banyak orang.

Begitu “keresahan bersama” itu diekspresikan dan disuarakan secara genuine dan otentik tanpa banyak setting dan udang di balik batu, maka ia akan menjadi penggerak perubahan yang sangat impactful.

Itulah yang terjadi pada fenomena Tahrir Square di Mesir atau #metoo movement di AS.

“Perasaan bersama” dan “pengalaman bersama” di antara guru besar/akademisi mgnai situasi yang terjadi menciptakan CONTAGIOUS EFFECT yang memperbesar “kobaran api” gerakan.

Tak heran jika petisi yang berawal di Bulaksumur UGM ini dalam waktu singkat menyebar ke perguruan tinggi yang lain secara massif.

Pesan yang kuat diikuti dengan komunikasi yang otentik dan horisontal (“peer to peer”) menghasilkan gerakan moral yang “menular cepat” ke khalayak.

Sebuah case political marketing yang menarik menjelang pencoblosan.
by @yuswohady

Bagikan Artikel ini ➙

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *