Bias kognitif adalah “keblunderan” otak kita dalam memproses dan menginterpretasi informasi sehingga menghasilkan kesimpulan dan dasar keputusan yang keliru.
Berikut 3 bias kognitif yang umum terjadi dalam debat capres/cawapres.
#1. CONCISION BIAS
Otak kita mengalami kesulitan menyerap semua informasi selama debat yang serba serius dan “berat”: tentang IKN, ekonomi digital, pajak, hilirisasi, dan sebagainya.
Oleh karena itu otak kita “potong kompas” hanya mengambil yang ringan-ringan, yang gampang dicerna, yang menarik, dan yang “menghibur”.
Contohnya: “slepet”, “SGIE”, atau “Mahfud ganti baju”.
Informasi substantif mengenai visi, kebijakan, program yang serius, berat, dan boring begitu mudah dikesampingkan dan “ditolak” otak kita.
Celakanya, misinformasi ini akan mempengaruhi pilihan kita tanggal 14 Februari nanti.
#2. COVERAGE BIAS
Setelah debat cawapres kemarin, terjadi pemberitaan media yang sangat massif dan luas tentang SGIE.
Coverage pemberitaan media yang amat luas tentang SGIE ini mereduksi esensi dan substansi debat cawapres. Seolah debat cawapres adalah ajang “Cerdas Cermat”.
Misinformasi ini mengalihkan perhatian khalayak dari isu visi, kebijakan, program ke isu remeh-temeh: hapal singkatan.
#3. PARTISAN BIAS
Debat Cawapres kemarin menghasilkan debat para partisan di medsos yang lebih seru dan massif.
Debat mereka bukan dilandasi oleh pikiran jernih, jujur, dan independen tapi dilandasi kepentingan, calon yang mereka dukung, or partai tempat mereka bernaung.
Para partisan ini mencari-cari kelemahan dan kesalahan calon yang tak mereka dukung. Sebaliknya mengais pembenaran dan keunggulan calon yang mereka dukung.
Celakanya, misinformasi yang diciptakan para partisan ini menyebar liar di berbagai kanal medsos dan membentuk opini publik.
Mereka yang paham betul misinformasi ini dan jeli merekayasanya akan menang. Mereka mengancam demokrasi.
by @yuswohady
Research by @consumeri_id