Dua tahun tidak nonton konser musisi asing membuat para concert goers +62 “BALAS DENDAM” di penghujung pandemi sekarang ini.
Saya menyebut fenomena ini: REVENGE LEISURE
Tak heran jika konser Justin Bieber yang baru digelar November 2022 sold out dalam 5 jam. Padahal tiketnya tidak murah, Rp 1,5- Rp 20 juta.
Konser Westlife yang baru dibesut Februari 2023 ludes minggu lalu. Padahal tiketnya yang paling mahal bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta 🤔
Makmur betul warga +62 🤣🤣🤣
Sebelum pandemi saya menyebut Indonesia memasuki era keemasan LEISURE ECONOMY. Dalam report Market Outlook 2018 saya menulis: “Welcome Leisure Economy”.
Dimana konsumsi konsumen kelas menengah Indonesia mulai bergeser prioritasnya dari “KONSUMSI BARANG” (GOODS consumption) ke “KONSUMSI PENGALAMAN” (EXPERIENCE consumption).
Nonton konser musik adalah salah satu bentuk “KONSUMSI PENGALAMAN” yang memiliki tiga ciri:
#1. PERSONAL
Pengalaman mengesankan tercipta ketika terjadi PERSONAL CONNECTION antara konsumen (penonton) dengan sang bintang.
Kedalaman koneksi personal inilah yang menentukan kehebohan pengalaman yang didapatkan si penonton.
#2. EMOTIONAL
Pengambilan keputusannya banyak dipengaruhi faktor-faktor EMOSIONAL, bukan RASIONAL.
Itu sebabnya, ketika personal connection sudah tercipta dengan si bintang maka harga tak menjadi masalah (“less price-sensitive”).
Berapapun harga tiketnya akan dibayar, kalau perlu jauh-jauh hari nabung.
#3. ADDICTION
Ketika koneksi personal yang dalam sudah tercipta, pengalaman yang dihasilkan bersifat adiktif. Menonton dan bertemu dengan sang bintang menjadi pengalaman mengesankan dan tak boleh dilewatkan.
Dengan 3 ciri ini, bisa dimengerti jika para concert goers +62 begitu “kebelet” dan tak peduli harga untuk bisa menonton Justin Bieber dan Westlife.
Follow 👉 @yuswohady
Visit 👉 https://consumeri.id/